Hampir semua orang tahu bahwa madu adalah sumber makanan penting bagi
tubuh manusia, tetapi sedikit sekali manusia yang menyedari sifat-sifat
luar biasa dari penghasilnya, yaitu lebah madu.
Sungguh menarik
untuk diketahui bahawa lebah menyimpan madu jauh lebih banyak dari yang
sebenarnya. Pertanyaan pertama yang muncul pada benak kita adalah:
mengapa lebah tidak menghentikan produksi berlebih ini, yang tampaknya
hanya membuang-buang waktu dan energi? Jawaban untuk pertanyaan ini
tersembunyi dalam kata “wahyu” yang telah diberikan kepada lebah,
seperti disebutkan dalam ayat tadi.
Lebah
memproduksi madu bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan juga untuk
manusia. Sebagaimana makhluk lain di alam, lebah juga mengabdikan diri
untuk melayani manusia; sama seperti ayam yang bertelur setidaknya
sebutir setiap hari kendatipun tidak membutuhkannya dan sapi yang
memproduksi susu jauh melebihi kebutuhan anak-anaknya.
Berikut Fakta Mengapa Sarang Lebah Berbentuk Segi Enam yakni:
Fakta Pertama
Sarang lebah berbentuk heksagonal atau segi enam yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan madu. Setelah melalui penelitian panjang, para ahli
matematika menyimpulkan bentuk inilah yang paling optimal sebagai tempat
penyimpanan madu, dilihat dari segi efektivitas ruang yang terbentuk
dan bahan yang digunakan untuk membuatnya.
Bentuk heksagonal
yang simetris, jika digabungkan akan menghasilkan kombinasi ruang guna
yang sempurna, yaitu tidak menghasilkan ruang-ruang sisa yang tak
berguna, seperti jika ruang-ruang yang berpenampang lingkaran atau
segilima. Lebih jauh, bentuk ruang dengan penampang segitiga atau
segiempat bisa jadi juga menghasilkan kombinasi yang optimal. Walaupun
demikian, bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat bentuk-bentuk ini
ternyata lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk membuat bentuk
ruang dengan penampang heksagonal. Ruang penyimpanan berbentuk
heksagonal, ternyata membutuhkan bahan baku lilin paling sedikit, dengan
daya tampung terbesar.
Lebah membangun
sarangnya dengan menyusun dari sudut-sudut yang berbeda, biasanya dari
empat titik yang berbeda dan bertemu di tengah. Dalam tingkat
kesalahannya sangat kecil bahkan tanpa kesalahan sedikitpun. Sarang
berbentuk segi enam merupakan bentuk yang terbaik karena dalam hal ini
lebah menyimpan madu dalam jumlah besar.
Penggunaan bahan
baku lilin pun sedikit. Dalam rongga sarang yang dibuat lebah antara
satu dengan yang lainnya dibelakang selalu dibuat dengan kemiringan 13
derajat dengan posisi miring keatas. Dengan maksud agar madu yang telah
disimpan tidak tumpah dalam masa penyimpanan.
Sarang yang
dibangun lebah dapat menampung 80 ribu lebah yang hidup dan bekerja
bersama-sama, dengan menggunakan sedikit bagian dari lilin lebah.
Sarang tersebut
tersusun atas sarang madu berdinding lilin lebah, dengan ratusan sel-sel
kecil pada kedua permukaannya. Semua sel sarang madu berukuran sama
persis. Keajaiban teknik ini dicapai melalui kerja kolektif ribuan
lebah. Lebah menggunakan sel-sel ini untuk menyimpan makanan dan
memelihara lebah muda.
Selama jutaan
tahun, lebah telah menggunakan struktur segi enam untuk membangun
sarangnya. (Sebuah fosil lebah yang berusia 100 juta tahun telah
ditemukan). Sungguh menakjubkan bahwa mereka memilih struktur segi enam,
bukan segi delapan atau segi lima. Ahli matematik memberikan alasannya:
“struktur segi enam adalah bentuk geometris yang paling sesuai untuk
memanfaatkan setiap bahagian unit secara maksimum”. Jika sel-sel sarang
madu dibangun dengan bentuk lain, akan terdapat bahagian yang tidak
terpakai, sehingga lebih sedikit madu yang bisa disimpan dan lebih
sedikit lebah yang mendapatkan manfaatnya.
Pada kedalaman
yang sama, bentuk sel segi tiga atau segi empat dapat menampung jumlah
madu yang sama dengan sel segi enam. Akan tetapi, dari semua bentuk
geometris tersebut, segi enam memiliki keliling yang paling pendek.
Kesimpulannya:
sel berbentuk segi enam memerlukan jumlah lilin paling sedikit dalam
pembangunannya, dan menyimpan madu paling banyak. Lebah tentu tidak akan
mampu menghitung ini, yang hanya dapat dilakukan manusia dengan
perhitungan geometris yang rumit. Hewan kecil ini menggunakan bentuk
segi enam secara fitrah, hanya karena mereka diajari atau “diilhami”
oleh Tuhan mereka.
Dilihat dari
aspek ekonomi bangunan, lebah telah memberi contoh kepada manusia
tentang optimalisasi biaya tanpa mengurangi nilai estetika bangunan.
Suatu pelajaran yang sangat patut dikagumi dari makhluk mungil ini, yang
membangun sarangnya.
Fakta kedua
yang juga menakjubkan dari sarang lebah, adalah keteraturan sudut yang
sangat akurat. Setiap rongga dibangun dengan kemiringan tiga belas
derajat, dengan bagian yang lebih rendah berada di dalam. Sudut-sudut
ini selalu berulang dengan tingkat akurasi yang sempurna. Dengan
demikian, madu yang disimpan tidak akan mengalir ke luar.
Dari segi
kekuatan, sarang lebah yang menggantung dan tampak rentan terhadap
kerusakan ini, sebenarnya memiliki kekuatan yang besar. Hal ini
ditunjukkan oleh kemampuan sarang itu untuk menahan beban beratus-ratus
lebah, sekaligus menampung madu di dalam setiap rongganya. Dengan
demikian, sistem perekatan yang digunakan untuk menggantung sarang di
tempat-tempat yang tinggi pun memiliki tingkat kekokohan yang tinggi.
Lebih jauh, kita
dapat menemukan hal yang menakjubkan dari teknik lebah dalam bekerja
sama membangun sarangnya. Lebah-lebah itu memulai membangun sarang dari
beberapa titik yang berbeda. Mereka membentuk kelompok kerja yang
bekerja dari tempat-tempat yang berbeda, sampai akhirnya kantung-kantung
heksagonal yang terbentuk bertemu di tengah-tengah, dengan tingkat
ketepatan yang sempurna.
Pada sarang lebah
kita juga dapat menemui penerapan dari berbagai prinsip estetika atau
keindahan. Simetrisitas yang terdapat dalam pengaturan komposisi
geometris pada sarang lebah memberikan kesan keseimbangan yang sangat
kuat secara keseluruhan. Penggunaan bentuk-bentuk heksagonal yang
berapit secara sempurna menghasilkan kesatuan desain yang diperoleh
melalui perulangan-perulangan yang teratur. Di balik bentuknya yang
sederhana, kita dapat melihat kerumitan yang terdapat dalam setiap
detail pembuatannya, berupa presisi ukuran yang sangat sempurna,
keteraturan perletakan dan ketepatan pemilihan bentuk dan komposisi.
Fakta Ketiga
adalah Pengaturan kelembapan dan ventilasi: Kelembapan sarang, yang
membuat madu memiliki kualitas perlindungan tinggi, harus dijaga pada
batas-batas tertentu. Pada kelembapan di atas atau di bawah batas ini,
madu akan rusak serta kehilangan kualitas perlindungan dan gizinya.
Begitu juga, suhu sarang harus 35 C selama sepuluh bulan pada tahun
tersebut. Untuk menjaga suhu dan kelembapan sarang ini pada batas
tertentu, ada kelompok khusus yang bertugas menjaga ventilasi.
Jika hari panas,
terlihat lebah sedang mengatur ventilasi sarang. Jalan masuk sarang
dipenuhi lebah. Sambil menempel pada struktur kayu, mereka mengipasi
sarang dengan sayap. Dalam sarang standar, udara yang masuk dari satu
sisi terdorong keluar pada sisi yang lain. Lebah ventilator yang lain
bekerja di dalam sarang, mendorong udara ke semua sudut sarang. Sistem
ventilasi ini juga bermanfaat melindungi sarang dari asap dan pencemaran
udara.
Fakta Keempat
adalah Sistem kesehatan: Lebah menjaga kualitas madu tidak terbatas
hanya pada pengaturan kelembapan dan panas. Di dalam sarang terdapat
sistem pemeliharaan kesehatan yang sempurna untuk mengendalikan segala
peristiwa yang mungkin menimbulkan bakteria. Tujuan utama sistem ini
adalah menghilangkan zat-zat yang mungkin menimbulkan bakteria.
Prinsipnya adalah mencegah zat-zat asing memasuki sarang. Untuk itu, dua
penjaga selalu ditempatkan pada pintu sarang. Jika suatu zat asing atau
serangga memasuki sarang walau sudah ada tindakan pencegahan ini, semua
lebah berusaha untuk mengusirnya dari sarang.
Sudah jelas lebah
tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang ini, apalagi laboratorium.
Lebah hanyalah seekor serangga yang panjangnya 1-2 cm dan ia melakukan
ini semua dengan apa yang telah diilhamkan Tuhannya.